KOMPARASI GAYA VISUAL DAN MAKNA PADA DESAIN BATIK TIGA NEGERI DARI SOLO, LASEM, PEKALONGAN, BATANG, DAN CIREBON

Batik Tiga Negeri merupakan batik pesisiran yang memiliki keunikan dalam proses produksinya. Di masa awal yakni tahun 1870-an, ini mengalami pencelupan pewarna alami di berbagai kota: merah Lasem, biru Pekalongan, dan cokelat Solo. Hasilnya adalah menampilkan getih pithik , indigo, soga dengan motif hasil dari ketiga daerah tersebut. Saat itu kolaborasi kreatif para seniman tiga sentra keberagaman budaya visual. Dengan ditemukannya sintetik, dapat dilakukan satu tempat saja, sehingga istilah sering hanya merujuk pada 3 warna (merah, biru, cokelat) hibridisasi keraton. Selain Solo, diproduksi pula Batang, Cirebon. Mengingat saat eksistensi mulai kritis, perlu dibuat kajian bertujuan untuk memetakan variasi gaya visual beserta makna tersirat desain berasal daerah-daerah Penelitian bersifat kualitatif deskriptif menggunakan pendekatan compositional interpretation menganalisis masing-masing kota, semiotika konotatifnya. Purposive sample ciri khas daerah. Hasil analisis mengungkapkan disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial ABSTRACT is whose production unique. In the early years of 1870’s, process dyeing was carried out by various cities: red in blue brown The has ‘getih pithik’ red, indigo blue, and sogan brown, hybridity from these regions. displays cultural diversity, which forms Indonesian identity. discovery synthetic dyes makes can be done one place so that term now refers only to batik, three colors motifs This also produced Considering existence begun critical, research needed map variations style meanings. study uses an analytical method with a approach analyze each city semiotics socio-cultural conditions' relation style. samples are still classical design. analysis results revealed caused differences aesthetic taste target market producer influenced its conditions.